10 Band Asal Eropa yang Wajib Diketahui Millennials dan Gen-Z

Kaula muda Millennials maupun Gen-Z tentunya sudah cukup akrab dengan band-band/musisi legendaris asal Eropa yang menyuguhkan kualitas musik papan atas seperti; The Rolling Stones, The Beatles, Led Zeppelin, Oasis, Blur, ABBA, Nena, The Clash, hingga pionir metal seperti Black Sabbath. Kemahsyuran band-band Eropa tentunya tidak berhenti di dekade 90-an saja, pun tidak selalu didominasi oleh band asal Inggris. Berikut adalah 10 band asal negara-negara di Eropa yang cukup masyhur di dekade 2010-an. Band-band ini pun lagu-lagunya dirasa akan ‘masuk’ di telinga para late millennials maupun early Gen-Z.

1. L’Impératrice

L’Impératrice ialah band asal Paris, Perancis yang kerap melantunkan lagu-lagu pop maupun disco pop berbahasa Perancis. L’Impératrice sendiri didirikan pada tahun 2012 oleh sang keyboardist yakni Charles de Boisseguin. Tembang-tembang andalan mereka ialah “Agitations Tropicale”, lalu “Sonate Pacifique” yang berbahasa Inggris serta memiliki bassline yang ciamik, hingga lagu seperti “Vanille Fraise” yang sama sekali tak berisikan vokal namun tetap terdengar elegan, necis, dan estetik a la Perancis.

2. Catfish and The Bottlemen

Band indie rock yang satu ini tentunya sudah sering dijumpai di festival musik besar seperti; Lollapalooza, Glastonbury, Reading and Leeds, T in the Park dll. Band asal Wales ber-genre indie rock ini dibentuk pada tahun 2007 di kota Llandudno. Dengan bersenjatakan single seperti “7” atau “Twice”, band ini berhasil memenangkan Brit Award for British Breakthrough act pada tahun 2016, dan berhasil menembus UK Albums Chart dengan album mereka yang bertajuk “The Ride” pada bulan Mei 2016 silam.

3. French Films

Meskipun bernama French Films, band satu ini bukanlah band asal Peranics. Band ini berasal dari negara di Fenno-scandinavian Peninsula yang adalah Finlandia tentunya. Dengan aliran musik yang cukup variatif, dari mulai; indie rock, surf rock, power pop, jangle pop, French Films berhasil melenggang ke festival-festival musik Eropa seperti Roskilde FestivalHultsfred Festival maupun Flow Festival. Lagu-lagu mereka seperti; “Golden Sea”, “Convict”, dan “Take You With Me” memberikan kita vibes hari yang cerah dan menyenangkan di suatu pantai yang indah.

4. Molchat Doma (Молчат Дома)

Salah satu lagu dari band ini akan terdengar familiar jika kalian adalah pengguna aktif TikTok. Karena memang lagu mereka yang berjudul “Sudno” pernah populer dan digunakan oleh para pengguna TikTok, dan karena hal tersebut juga lah band Molchat Doma mulai dikenal banyak warga net di sleuruh dunia. Molchat Doma sendiri meski lagu-lagu nya terlihat menggunakan cyrilic, bukanlah band asal Rusia, melainkan dari Belarusia yang merupakan negara di regional Eropa Timur. Lagu-lagu mereka didominasi oleh sound “gelap” khas dari genre post-punk yang akan mengingatkan kita pada band-band legendaris seperti Joy Division maupun The Cure.

5. Digitalism

Mungkin banyak yang menyangka jika Digitalism adalah duo asal Perancis karena kemiripan mereka dengan duo pop-elektro kenamaan asal Perancis, Daft Punk, terutama dalam lagu mereka yang berjudul “No Holiday” atau “Wolves”. Namun sesungguhnya, Digitalism dibentuk di Hamburg, Jerman pada tahun 2004. Jerman sendiri adalah negara yang memprakarsai genre pop-elektro via band yang bernama Kraftwerk di tahun 1970-an. Digitalism di sini bisa dibilang adalah salah satu penerus ‘semangat’ dari Kraftwerk.

6. Kodaline

Kaula muda Indonesia pastinya sudah sangat akrab dengan dengan band yang satu ini. Kodaline adalah band asal Dublin, Irlandia. Lagu-lagu band ini tak hanya akrab di telinga kita namun juga pernah dijadikan soundtrack serial TV kondang seperti; Vampire Diaries, Grey’s Anatomy, Film-film Hollywood; The Fault in Our Stars, Love, Rosie hingga dijadikan BGM dalam video Google‘s 2012: Year in Review. Lagu andalan mereka dari album In a Perfect World, yaitu “High Hopes” telah dilihat sebanyak 120 juta kali di YouTube.

7. Foals

Foals ialah band asal Oxford, Inggris, dengan genre indie-rock, dance punk, hingga yang kompleks speerti math rock. Band ini terbentuk di Abingdon School, sebuah sekolah swasta bersistem asrama di Oxfordshire, Inggris. Sekolah itupun adalah sekolah yang sama di mana Radiohead terbentuk. Foals sendiri telah malang melintang di berbagai festival musik di Inggris maupun Amerika Serikat. Lagu andalan mereka “Spanish Sahara” pernah digunakan sebagai salah satu soundtrack dari game “Life Is Strange” dan dalam serial “Skins” & “Outcast”. Lagu mereka yang lain pun yaitu “Inhaler” digunakan dalam trailer film “The Riot Club”.

8. CHVRCHES

Terlepas dari namanya, band ini bukanlah band pop religi. Genre dari CHVRCHES adalah synth-pop dan indietronica, tergambar jelas dari salah satu lagu unggulan mereka “The Mother We Share”. CHVRCHES sendiri terbentuk di Glasgow, Skotlandia di tahun 2011. Hingga saat ini CHVRCHES telah banyak melakukan kolaborasi dengan musisi/band seperti; Marshmello, BBC Scottish Symphony Orchestra, vokalis dari The National, hingga vokalis Robert Smith dari The Cure dll. CHVRCHES pun pernah berkesempatan manggung di acar talkshow kenamaan seperti; Later… with Jools Holland dan Late Night with Jimmy Fallon

9. Sigur Rós

Band post-rock asal Islandia ini melejit dengan lagu-lagu ethereal mereka seperti “Hoppipola”, “Saeglopur”, “Glósóli” dll. Sigur Rós sendiri memiliki banyak sekali prestasi dan pencapaian dari mulai memenangkan Icelandic Music Awards, MTV EMA, hingga masuk berbagai nominasi ajang penganugrahan musik lainnya. Lagu-lagu nya yang instrumental, ethereal , dreamy, hipnotis -dengan ditambah vokal/falseto unik dari sang vokalis, Jonsi- menjadi suatu ciri khas tersendiri yang hanya dimiliki Sigur Rós. Tak hanya itu, Sigur Rós pun kerap menggunakan lirik-lirik yang tidak terdapat di bahasa manapun di dunia ini, namun tetap bisa masuk ke alunan musiknya dan menjadi seni tersendiri. Berkat keunikannya ini, lagu-lagu Sigur Rós pun sering menjadi soundtrack banyak film dan serial TV seperti; We Bought A Zoo, The Life Aquatic with Steve Zissou, Vampire Diaries, Black Mirror, Grey’s Anatomy, hingga menjadi cameo di Game of Thrones membawakan “Rains of Castamere” di depan Raja Joffrey (Lannister) Baratheon.

10. Fickle Friends

Seorang pengguna YouTube mengatakan jika band asal East Sussex, Inggris ini seperti perpaduan apik dari The 1975, Paramore, dan sepercik Ellie Goulding. Dengan genre indie pop dan synth-pop, Fickle Friends melaju ke berbagai festival musik se-antero Inggris dan benua Eropa. Sebelum masuk Polydor Records, mereka dikabarkan telah perform di 53 festival. Tembang-tembang unggulan mereka yaitu “Swim”, “Hello Hello”, dan “Brooklyn” terdengar sangat ‘kekinian’, futuristik nan elok. Namun lagu baru mereka seperti “Cosmic Coming of Age” terdengar layaknya lagu top yang keluar di awal 2000-an, tentunya dengan lirik yang relevan perihal quarter-life crisis – yang pastinya dirasakan oleh late Millennials dan early Gen-Z sekarang ini.

Zulfikar Singadikerta

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s